Selasa, 04 Maret 2014

Jurnalistik and News



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Seperti yang kita ketahui sama-sama bahwa pola piker masyarakat berubahSeiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh dari perkembangan IPTEK. Perkembangan IPTEK dalam konteks media massa sangat mempengruhi kehidupan dan pola piker masyarakat. Seperti yang di ungkapkan oleh Rogers ( 1986 ), ia mengatakan bahwa dampak social terpenting yang ditimbulkan oleh teknologi komunikasi baru adalah pengangguran, semakin dalamnya jurang informasi yang memisahkan antara si kaya dan si miskin, meningginya ketidakadilan gender dalam penggunaan media, informasi secara berlebihan, meningkatnya pelecehan privasi, desentralisasi kekuatan dalam masyarakat dan segmentasi audiens media massa. Masalah-masalah yang ditimbulkan oleh teknologi komunikasi baru sanngt memperburuk keadaan masyarakat yang tidak bisa menyesuaikan dirinya dengan perkembangan tersebut. Oleh karena itu masyarakat harus bisa menyesuakan dirinya dengan perkembangan zaman dalam konteks teknologi komunikasi baru, jika tidak maka masyarakalah yang akan jatuh dengan sendirinya.
            Berbagai macam jenis mata pencaharian yang kita temui di lingkungan masyarakat  dan yang utama terkenal di masyarakat dan pemerintahan adalah seorang jurnalis. Jurnalistik saat ini adalah industry, daya serap tenaga kerjanyapun makin besar. Badan usaha penerbitan media berkembang pesat. Gaya hidup makin meningkat akibat trend yang dibentuk media massa, disinilah pentingnya mendalami jurnalistik. Jurnalistik adalah keterampilan dan profesi. Jurnalistik sebagai keterampilan tidak hanya mengharuskan pengetahuan yang cukup untuk memahaminya tetapi juga harus dilatih dan digeluti layaknya para wartawan bekerja. Terampil menulis dapat menjadikan kita sebagai penulis yang produktif dan mendapat income. Itulah makna jurnalistik sebagai keterampilan.
            Jurnalistik hadir tidak untuk menyesatkan melainkan untuk memberdayakan masyarakat dan karenanya setiap kita perlu menjadi subjek yang terlibat dalam mengamati perkembangan industry jurnalistik. Jurnalistik merupakan karya besar yang dapat mengubah nasib suatu bangsa. Ketika membahas mengenai jurnalistik, pikiran kita tentu akan tertuju pada kata berita/news. Berita berdasrkan batasan dari Kris Budiman adalah laporan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru. Pentingnya sebuah informasi akan disampaikan oleh seorng jurnalis lewat media massa dan informasi tersebut akan sampai kepada khalayak, maka informasi-informasi tersebut dapat dikatakan berita yang terkait dengan segala aspek kehidupan.

B.     Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang kami rumuskan disini adalah sbb :
1.      Bagaimana pengertian jurnalistik dan terapannya dalam kehidupan?
2.      Bagaimana pengertian berita dalam konstruksi realitas sosial dan ruang lingkupnya ?
C.     Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sbb :
1.      Sebagai refrensi bagi mahasiswa-mahasiswi di mata kuliah sosiologi komunikasi
2.      Untuk mengetahui dan memehami pengertian dari jurnalistik dan terapannya dalam kehidupan
3.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari berita dalam konstruksi realitas sosial dan ruang lingkupnya


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian jurnalistik dan terapannya dalam kehidupan
Jurnalistik adalah kegiatan pengumpulan berita yang kemudian diproses sampai selesai kemudian diberikan pada khalayak luas.
Secara sederhana, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari. Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers, bukan pula media massa. Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik.
Definisi dari para ahli, diberikan oleh :
a.       Fraser Bond, jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan mengenai berita sampai pada kelompok pemerhati.
b.      Roland E. Wolseley, jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran.
c.       Adinegoro, jurnalistik adalah semacam kepandaian mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya.
d.      Astrid S. Susanto, jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari.
e.       Onong Uchjana Effendy, jurnalistik secara sederhana dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada masyarakat.
f.       Djen Amar menkankan, jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
g.      Erik Hodgins, menyatakan jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar, seksama dan cepat, dalam rangka membela kebenaran dan keadilan berpikir yang selalu dapat dibuktikan.
h.      Kustadi Suhandang menyebutkan, jurnalistik adalah seni dan atau keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.
Secara teknis, jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya. Jurnalistik adalah keterampilan dan profesi. Jurnalistik sebagai keterampilan tidak hanya mengharuskan pengetahuan yang cukup untuk memahaminya, tetapi juga harus dilatih dan digeluti layaknya para wartawan bekerja. Sikap untuk selalu mempertanyakan, piawai dalam wawancara, taktis dalam melakukan liputan, dan mampu menulis berita menjadi bukti jurnalistik sebagai keterampilan. Sungguh jurnalistik butuh keterampilan. Belajar jurnalistik tak hanya kompleks, tapi butuh latihan agar menjadi terampil. Terampil dalam jurnalistik pun tidak harus menjadikan seseorang berkecimpung dan terjun ke dunia jurnalistik. Terampil wawancara dapat menjadikan kita sebagai pembicara yang ulung. Terampil menulis dapat menjadikan kita sebagai penulis yang produktif dan mendapatkan income. Itulah makna jurnalistik sebagai keterampilan.

Di sisi lain, jurnalistik juga menjadi profesi. Industri jurnalistik menjanjikan lapangan kerja dan pilihan profesi. Wartawan merupakan profesi, desainer juga profesi, dan bahkan agen media cetak maupun iklan pun suatu pilihan profesi. Kini, profesi wartawan dikenal masyarakat sebagai profesi yang berkelas karena mampu menimbulkan keseganan di mata masyarakat. Setidaknya puluhan ribu orang saat ini secara langsung menekuni profesi di bidang jurnalistik. Apalagi yang tidak langsung, seperti mereka yang bekerja di periklanan, penerbitan, inhouse megazines. Bekerja di industri jurnalistik mulai dapat diandalkan untuk hisup. Tidak sedikit wartawan profesional yang mampu mencapai karier dan penghasilan di atas rata-rata.Bahkan maraknya media massa telah menimbulkan angin bajak-membajak wartawan di antara media yang satu dengan yang lainnya. Lihat saja perpindahan wartawan senior A dari satu media cetak ke media cetak lain atau wartawan TV A pindah ke TV B. Kondisi ini mempertegas bahwa jurnalistik adalah suatu pilihan profesi bagi siapapun yang berminat.
Apapun pilihannya, ingin terampil di jurnalistik maupun memiliki profesi bidang jurnalistik sama baiknya. Karena keterampilan atau profesi di bidang jurnalistik bersifat produktif. Produktif dalam berpikir, produktif dalam menulis, bahkan produktif dalam meraih penghasilan. Namun patut diketahui, jurnalistik sebagai keterampilan maupun profesi bukanlah aktivitas yang bersifat instan atau langsung jadi. Tugas jurnalistik sangat berat dan menantang. Untuk dapat terampil dan menekuni profesi jurnalistik membutuhkan proses belajar dan latihan yang memadai. Keterampilan dan profesi jurnalistik diperoleh dari proses yang berkelanjutan, yang dibekali pengetahuan cukup dan praktik yang mahir. Lalu, bagaimana kita mengambil posisi di tengah perkembangan jurnalistik yang ada sekarang ? Setidaknya ada tiga argumen yang patut dikemukakan untuk mengambil posisi di industri jurnalistik era milenium global saat ini, yaitu:
1. Jurnalistik harus dipandang sebagai suatu keterampilan yang perlu dikuasai sebagai alternatif profesi atau pilihan kerja. Jika tidak pun, keterampilan jurnalistik tetap bersifat produktif sehingga dapat dimanfaatkan dalam bidang kerja lainnya sebagai nilai tambah.
2. Jurnalistik telah berkembang pesat dan menjadi industri atau bisnis-komersial. Kita perlu ikut ambil bagian dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas jurnalistik yang ada dan terus berlangsung. Euforia dan kebebasan jurnalistik yang sudah ada sekarang perlu dikawal secara lebih bertanggung jawab.
3. Jurnalistik hadir tidak untuk menyesatkan, melainkan untuk memberdayakan masyarakat dan karenanya setiap kita perlu menjadi subjek yang terlibat aktif dalam mengamati perkembangan industri jurnalistik, termasuk menjadi pengguna produk jurnalistik yang cerdas dalam mencerna informasi.
Peran penting jurnalistik tidak terbantahkan. Jika kita tengok ke belakang, banyak peristiwa revolusi dan reformasi suatu bangsa di belahan dunia yang diawali dari pena wartawan, dari karya jurnalistik. Kemajuan peradaban manusia dan bangsa seringkali bertumpu pada peran dan fungsi jurnalistik yang berlangsung di mata masyarakat. Jurnalistik merupakan karya besar yang dapat mengubah nasib suatu bangsa. Bahkan jurnalistik dapat mengubah orang biasa menjadi orang tenar, dan sebaliknya orang tenar bisa menjadi orang biasa akibat karya jurnalistik.
Napoleon Bonaparte, seorang Revolusioner Perancis bilang Saya lebih cemas dimusuhi empat buah koran (wartawan) daripada seribu bayonet. Atau Thomas Jefferson, Pencipta Declaration of Independent Amerika Serikat menyatakan Saya lebih suka di satu daerah yang mempunyai surat kabar dan tanpa pemerintah, daripada berada di daerah yang punya pemerintah tetapi tanpa surat kabar. Sungguh, betapa pentingnya jurnalistik? Di masa datang, banyak potensi dan peluang yang terbuka dalam industri jurnalistik, di samping tantangan dan ancaman yang besar pula. Untuk itu, aktivitas jurnalistik harus didukung oleh pengetahuan teoretik yang tepat, di samping kemampuan praktikal di lapangan yang mumpuni. Teori dan praktik jurnalistik memerlukan kesetaraan sehingga pembelajaran jurnalistik tidak jauh panggang dari api. Itulah yang dinamakan jurnalistik terapan. Karena itu, orientasi pembelajaran jurnalistik harus lebih diarahkan pada upaya untuk menyelaraskan konsep teoretik dengan praktik yang ada di lapangan. Teori jurnalistik harus sesaui dengan fakta dan perilaku jurnalis di lapangan. Sebaliknya, praktik jurnalistik yang terjadi di lapangan harus relevan dengan teori yang ada agar tidak melanggar kode etik jurnalistik.
Pekerjaan jurnalistik yang penuh tantangan dan bahkan mengandung risiko tidak dapat dilakukan tanpa dasar keilmuan. Sekalipun praktik di lapangan dapat menjadikan kita lebih antisipatif dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistik, namun dukungan aspek teori tetap diperlukan. Dikotomi antara teori dan praktik jurnalistik tidak menjadi penting untuk diperdebatkan. Namun yang lebih penting adalah mencari titik temu antara teori-teori yang terus berkembang dengan praktik jurnalistik yang semakin kompleks di era milenium global sekarang ini. Kecepatan dinamika masyarakat yang menuntut kecepatan praktik jurnalistik harus tetap dapat diselaraskan dengan aspek teori-teori yang membekali praktik jurnalistik. Harmoni antara teori dan praktik jurnalistik inilah yang disebut sebagai Jurnalistik Terapan. Bukan jurnalisme, bukan juga jurnalistik biasa.. tapi Jurnalistik Terapan, pertemuan teori dan praktik jurnalistik yang sinergis sehingga mampu menjadikan dunia jurnalistik makin berkualitas. Saatnya belajar dan berproses melalui Jurnalistik Terapan untuk meraih keterampilan dan profesi yang kita inginkan.



B.     Pengertian berita dalam konstruksi realitas sosial dan ruang lingkupnya
Ahli sosiologi Gaye touchman, dalam bukunya making news ( 1978 ), menyatakan bahwa berita merupakan konstruksi realitas social. Buku tersebut didasarkan pada serangkaian observasi partisipatoris diruang berita dan wawancra pegawai pemberitaan selama sepuluh tahun. Tindakan membuat berita kata touchman adalah tindakan tindakan mengkonstruksi berita itu sendiri. Ia menekankan bahwa berita adalah sekutu bagi lembaga-lembaga yang berlegitimasi dan bahwa berita juga melegitimasi status quo. Touchman mengaitkan profesionalisme berita dan organisasi berita dengan kemunculan kapitalisme korporat. Menurutnya, berita adalah sumber daya social yang konstruksinya membatasi pemahaman analisis tentang kehidupan kontemporer.    ( Werner J. Severin-James W. Tankard. Jr, Teori Komunikasi-sejarah, metode, dan terapan di dalam media massa, Kencana, Jakarta, 2009, hlm 400-401 ).
·         Objek Berita
Karena berita adalah laporan fakta yang ditulis oleh seorang jurnalis, maka objek beritanya adalah fakta. Dan fakta dalam jurnalsitik dikenal dalam beberapa kriteria, yaitu:
1.      Peristiwa, adalah suatu kejadian yang baru terjadi, artinya kejadian itu hanya sekali terjadi.
2.      Kasus, adalah merupakan kejadian yang tidak selesai setelah peristiwa terjadi. Maksudnya kejadian tersebut meninggalkan kejadian selanjutnya, peristiwa melahirkan peristiwa berikatnya. Maka kejadian demi kejadian tersebut disebut dengan kasus.
3.      Fenomena, adalah merupakan suatu kasus yang ternyata tidak terjadi hanya pada batas teritorial tertentu, artinya kasus tersebut sudah mewabah, terjadi dimana-mana.

·         Nilai-nilai Berita (News Value)
Secara umum nilai berita ditentukan oleh 10 komponen. Semakin banyak komponen tersebut dalam berita maka semakin besar nilai khalayak pembaca terhadap berita tersebut, secara lebih rinci dapat diringkaskan sebagai berikut:
1.      Kedekatan (Proximity), peristiwa yang memiliki kedekatan dengan khalayak, baik secara geografis maupun psikis.
2.      Bencana (Emergency), tiap manusia membutuhkan rasa aman. Dan setiap rasa aman akan menggugah perhatian setiap orang.
3.      Konflik (Conflict), ancaman terhadap rasa aman yang ditimbulkan manusia. Konflik antar individu, kelompok maupun Negara tetap akan mengugah perhatian setiap orang.
4.      Kemashuran (Prominence), biasanya rasa ingin tahu terhadap seseorang yang menjadi Public figure cukup besar.
5.      Dampak (Impact), peristiwa yang memiliki dampak langsung dalam kehidupan khalayak/masyarakat.
6.      Unik, manusia cenderung ingin tahu tentang segala hal yang unik, aneh dan lucu. Hal-hal yang belum pernah atau tak bias ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan menarik perhatian.
7.      Baru (Actual), suatu peristiwa yang baru terjadi akan memancing minat orang untuk mengetaui.
8.      Kontroversial, suatu peristiwa yang bersifat controversial akan menarik untuk diketahui karena mengandung kejanggalan.
9.      Human Interest, derita cenderung dijahui manusia, dan derita sesame cenderung menarik minat untuk mengetahui. Karena manusia menyukai suguhan informasi yang mengesek sisi kemanusiaan.
10.  Ketegangan (Suspense), sesuatu yang membuat manusia ingin mengetahui apa yang terjadi cenderung menarik minat, karena orang ingin tahu akhir dari peristiwa.
Namun sering kali ditemui dalam beberapa media yang melaporkan peristiwa yang sama. Ini karena perbedaan sudut pandang (angel) yang diambil wartawan dalam menulis berita.
·   Unsur Berita
Diketahui bahwa berita merupakan hasil rekonstruksi dari fakta (peristiwa) oleh wartawan, maka doperlukan perangkat untuk merekonstruksi peristiwa tersebut. Berangkat dari pemikiran bahwa pada umumnya manusia membutuhkan jawaban atas rasa ingin tahunya dalam enam hal. Maka dari itu materi berita digali melalui enam pokok unsure tersebut; meliputi apa (what), siapa (who), dimana (where), kapan (when), mengapa (why), bagaimana (how). Kemudian dikenal sebagai 5W+1H.
·   Sifat Berita
1.      Mengarahkan (Directive), karena berita ini dapat mempengaruhi khalayak, baik disengaja atau tidak. Maka berita ini sifatnya mengarahkan
2.      Menbangkitkan Perasaan (effectife), melalui berita ini dapat membangkitkan perasaan public
3.      Memberi Informasi (Informatife), berita in harus memberi informasi tentang keadaan yang terjadi sehingga memberi gambaran jelas dan menjadi pengetahuan public.
·   Kaidah-kaidah Penulisan Berita
Dalam penulisan berita, dalam hal ini menkonstruk peristiwa (fakta) tidaklah semena-mena. Penulisan berita didasarkan pada kaidah-kaidah jurnalistik. Kaidah-kaidah tersebut biasa dikenal dengan konsep ABC (Accuracy, Balance, Clarity).
1.            Accuracy (akurasi)
Disebut sebagai pondasi segala macam penulisan bentuk jurnalistik. Apabila penulis ceroboh dalam hal ini, artinya sama dengan melakukan pembodohan dan membohongi khalayak pembaca. Untuk menjaga akurasi dalam penulisan berita, bila perlu perhatikan beberapa hal berikut:
      1. Dapatkan berita yang benar
      2. Lakukan re-cek terhadap data yang diperoleh
      3. Jangan mudah berspekulasi denga isu atau desas-desus
      4. Pastikan semua informasi dan data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kewenangan dan keabsahannya.
2.      Balance (Keseimbangan)
Ini juga menjadi kaidah dalam penulisan berita. Sering terjadi sebuah karya jurnalistik terkesan berat sebelah dengan menguntungkan satu pihak tertentu sekaligus merugikan pihak lain. Keseimbangan dimungkinkan dengan mengakomodir kedua golongan (misalnya dalam penulisan berita tentang konflik). Hal demikian dalam jurnalistik disebut dengan “Both Side Covered”.
3.      Clarity (Kejelasan)
Factor kejelasan bisa diukur apakah khalayak mengerti isi dan maksud berita yang disampaikan, bukan jelas dalam konteks teknis, namun lebih condong pada factor topic, alur pemikiran, kejelasan kalimat, kemudian pemahaman bahasa dan pernyaratan penulisan lainnya.

·   Struktur/Susunan Penulisan Berita
               Dalam berita terdapat struktur atau susunan berita juga memiliki bagian-bagian. Maka sebelum mengenal struktur penulisan berita terlebih dulu kita mengenal bagian-bagian berita. Dimana bagian-bagian tersebut dari Kepala Berita atau Judul (Head News). Topi Berita, menunjukan lokasi peristiwa dan identitas media (misalnya, Surabay SP) biasanya digunakan dalam penulisan Straight News, intro diletakkan setelah judul berfungsi sebagai penjelas judul dan gambaran umum isi berita. Tubuh berita (news body), bisa dikatakan sebagai isi berita.
               Adapun strukrur penulisan berita sebagai berikut:
1.      Piramida Terbalik: artinya pokok atau inti berita diletakkan di awal-awal paragraph (1-2 paragraf) dan bukan berarti paragraph selanjtnya tidak penting. Cumin bukan merupakan inti berita. Biasanya ini digunakan dalam penulisan staright news.
2.      Balok tegak: artinya pokok atau inti berita tidak hanya diletakkan di awal paragraph. Terdapat di awal, tengah dan akhir paragraph. Biasanya ini digunakan dalam penulisan depth news (Indepth reporting ataupun investigasi reporting).






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
      Dari berbagai macam penjelasan dan berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa : Jurnalistik adalah kegiatan pengumpulan berita yang kemudian di proses sampai selesai kemudian diberikan pada khalayak luas. Jurnalistik bukanlah pers, bukan pula media massa. Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik. Sedangkan berita adalah konstruksi realitas social . Sesuai dengan yang dikatakan oleh ahli sosiologi yang bernama Gaye Touchman, ia mengatakan bahwa sumber daya social yang konstruksinya membatasi pemahaman analitis tentang kehidupan kontemporer, ia mengatakan bahwa melalui prakti-prakti rutinnya dan klaim para professional berita untuk melakukan arbitrase pengetahuan dan menyajikan pemaparan factual, berita melegitimasi status quo.
      Objek berita adalah laporan fakta yang ditulis oleh seorang jurnalis, maka objek beritanya adalah fakta. Nilai-nilai dalam berita harus memiliki kedekatan, kemashuran, dampak, unik, human interest dan ketegangan. Dan adapun sifat-sifat berita yakni mengarahkan, membangkitkan perasaan ( effectife ) public, dan memberi informasi. Ruang lingkup dari berita disini masuk didalamya yakni hakikat berita, sifat-sifat berita, nilai-nilai yang ada dalam sebuah berita serta kaidah-kaidah berita.




DAFTAR PUSTAKA
·         Werner J. Severin, James W. Tankard Jr. Teori komunikasi” Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa”. Jakarta. Kencana. 2009
·         Budiman, Kris. 2005. "Dasar-Dasar Jurnalistik: Makalah yang disampaikan dalam Pelatihan Jurnalistik -- Info Jawa 12-15 Desember 2005. Dalam www.infojawa.org.
·         Putra, R. Masri Sareb. 2006. "Teknik Menulis Berita dan Feature". Jakarta: Indeks