BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Seperti yang kita ketahui sama-sama bahwa pola piker
masyarakat berubahSeiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh dari
perkembangan IPTEK. Perkembangan IPTEK dalam konteks media massa sangat
mempengruhi kehidupan dan pola piker masyarakat. Seperti yang di ungkapkan oleh
Rogers ( 1986 ), ia mengatakan bahwa dampak social terpenting yang ditimbulkan
oleh teknologi komunikasi baru adalah pengangguran, semakin dalamnya jurang
informasi yang memisahkan antara si kaya dan si miskin, meningginya
ketidakadilan gender dalam penggunaan media, informasi secara berlebihan,
meningkatnya pelecehan privasi, desentralisasi kekuatan dalam masyarakat dan
segmentasi audiens media massa. Masalah-masalah yang ditimbulkan oleh teknologi
komunikasi baru sanngt memperburuk keadaan masyarakat yang tidak bisa
menyesuaikan dirinya dengan perkembangan tersebut. Oleh karena itu masyarakat
harus bisa menyesuakan dirinya dengan perkembangan zaman dalam konteks
teknologi komunikasi baru, jika tidak maka masyarakalah yang akan jatuh dengan
sendirinya.
Berbagai macam jenis mata pencaharian
yang kita temui di lingkungan masyarakat
dan yang utama terkenal di masyarakat dan pemerintahan adalah seorang
jurnalis. Jurnalistik saat ini adalah industry, daya serap tenaga kerjanyapun
makin besar. Badan usaha penerbitan media berkembang pesat. Gaya hidup makin
meningkat akibat trend yang dibentuk media massa, disinilah pentingnya
mendalami jurnalistik. Jurnalistik adalah keterampilan dan profesi. Jurnalistik
sebagai keterampilan tidak hanya mengharuskan pengetahuan yang cukup untuk
memahaminya tetapi juga harus dilatih dan digeluti layaknya para wartawan
bekerja. Terampil menulis dapat menjadikan kita sebagai penulis yang produktif
dan mendapat income. Itulah makna jurnalistik sebagai keterampilan.
Jurnalistik hadir tidak untuk
menyesatkan melainkan untuk memberdayakan masyarakat dan karenanya setiap kita
perlu menjadi subjek yang terlibat dalam mengamati perkembangan industry
jurnalistik. Jurnalistik merupakan karya besar yang dapat mengubah nasib suatu
bangsa. Ketika membahas mengenai jurnalistik, pikiran kita tentu akan tertuju
pada kata berita/news. Berita berdasrkan batasan dari Kris Budiman adalah
laporan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru. Pentingnya sebuah
informasi akan disampaikan oleh seorng jurnalis lewat media massa dan informasi
tersebut akan sampai kepada khalayak, maka informasi-informasi tersebut dapat
dikatakan berita yang terkait dengan segala aspek kehidupan.
B. Rumusan
masalah
Adapun rumusan masalah
yang kami rumuskan disini adalah sbb :
1. Bagaimana
pengertian jurnalistik dan terapannya dalam kehidupan?
2. Bagaimana
pengertian berita dalam konstruksi realitas sosial dan ruang lingkupnya ?
C. Tujuan
Adapun
tujuan dari makalah ini adalah sbb :
1. Sebagai
refrensi bagi mahasiswa-mahasiswi di mata kuliah sosiologi komunikasi
2. Untuk
mengetahui dan memehami pengertian dari jurnalistik dan terapannya dalam
kehidupan
3. Untuk
mengetahui dan memahami pengertian dari berita dalam konstruksi realitas sosial
dan ruang lingkupnya
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
jurnalistik dan terapannya dalam kehidupan
Jurnalistik
adalah kegiatan pengumpulan berita yang kemudian diproses sampai selesai
kemudian diberikan pada khalayak luas.
Secara sederhana, jurnalistik diartikan
sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari.
Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers, bukan pula media massa. Jurnalistik
adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui
eksistensinya dengan baik.
Definisi
dari para ahli, diberikan oleh :
a. Fraser Bond, jurnalistik adalah
segala bentuk yang membuat berita dan ulasan mengenai berita sampai pada
kelompok pemerhati.
b. Roland E. Wolseley, jurnalistik
adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi
umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematik dan dapat dipercaya
untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran.
c. Adinegoro, jurnalistik adalah
semacam kepandaian mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat
dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya.
d. Astrid S. Susanto, jurnalistik
adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian
sehari-hari.
e. Onong Uchjana Effendy, jurnalistik
secara sederhana dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola berita mulai dari
mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada masyarakat.
f. Djen Amar menkankan, jurnalistik
adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak
seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
g. Erik Hodgins, menyatakan jurnalistik
adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar, seksama dan cepat,
dalam rangka membela kebenaran dan keadilan berpikir yang selalu dapat
dibuktikan.
h. Kustadi Suhandang menyebutkan,
jurnalistik adalah seni dan atau keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah,
menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari
secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.
Secara
teknis, jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan,
mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada
khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya. Jurnalistik adalah
keterampilan dan profesi. Jurnalistik sebagai keterampilan tidak hanya
mengharuskan pengetahuan yang cukup untuk memahaminya, tetapi juga harus
dilatih dan digeluti layaknya para wartawan bekerja. Sikap untuk selalu
mempertanyakan, piawai dalam wawancara, taktis dalam melakukan liputan, dan
mampu menulis berita menjadi bukti jurnalistik sebagai keterampilan. Sungguh
jurnalistik butuh keterampilan. Belajar jurnalistik tak hanya kompleks, tapi
butuh latihan agar menjadi terampil. Terampil dalam jurnalistik pun tidak harus
menjadikan seseorang berkecimpung dan terjun ke dunia jurnalistik. Terampil
wawancara dapat menjadikan kita sebagai pembicara yang ulung. Terampil menulis
dapat menjadikan kita sebagai penulis yang produktif dan mendapatkan income.
Itulah makna jurnalistik sebagai keterampilan.
Di sisi
lain, jurnalistik juga menjadi profesi. Industri jurnalistik menjanjikan
lapangan kerja dan pilihan profesi. Wartawan merupakan profesi, desainer juga
profesi, dan bahkan agen media cetak maupun iklan pun suatu pilihan profesi.
Kini, profesi wartawan dikenal masyarakat sebagai profesi yang berkelas karena
mampu menimbulkan keseganan di mata masyarakat. Setidaknya puluhan ribu orang
saat ini secara langsung menekuni profesi di bidang jurnalistik. Apalagi yang
tidak langsung, seperti mereka yang bekerja di periklanan, penerbitan, inhouse
megazines. Bekerja di industri jurnalistik mulai dapat diandalkan untuk hisup.
Tidak sedikit wartawan profesional yang mampu mencapai karier dan penghasilan
di atas rata-rata.Bahkan maraknya media massa telah menimbulkan angin
bajak-membajak wartawan di antara media yang satu dengan yang lainnya. Lihat
saja perpindahan wartawan senior A dari satu media cetak ke media cetak lain
atau wartawan TV A pindah ke TV B. Kondisi ini mempertegas bahwa jurnalistik
adalah suatu pilihan profesi bagi siapapun yang berminat.
Apapun
pilihannya, ingin terampil di jurnalistik maupun memiliki profesi bidang
jurnalistik sama baiknya. Karena keterampilan atau profesi di bidang
jurnalistik bersifat produktif. Produktif dalam berpikir, produktif dalam
menulis, bahkan produktif dalam meraih penghasilan. Namun patut diketahui,
jurnalistik sebagai keterampilan maupun profesi bukanlah aktivitas yang
bersifat instan atau langsung jadi. Tugas jurnalistik sangat berat dan
menantang. Untuk dapat terampil dan menekuni profesi jurnalistik membutuhkan
proses belajar dan latihan yang memadai. Keterampilan dan profesi jurnalistik
diperoleh dari proses yang berkelanjutan, yang dibekali pengetahuan cukup dan
praktik yang mahir. Lalu, bagaimana kita mengambil posisi di tengah
perkembangan jurnalistik yang ada sekarang ? Setidaknya ada tiga argumen yang
patut dikemukakan untuk mengambil posisi di industri jurnalistik era milenium
global saat ini, yaitu:
1. Jurnalistik harus dipandang
sebagai suatu keterampilan yang perlu dikuasai sebagai alternatif profesi atau
pilihan kerja. Jika tidak pun, keterampilan jurnalistik tetap bersifat
produktif sehingga dapat dimanfaatkan dalam bidang kerja lainnya sebagai nilai
tambah.
2. Jurnalistik telah berkembang
pesat dan menjadi industri atau bisnis-komersial. Kita perlu ikut ambil bagian
dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas jurnalistik yang ada dan terus
berlangsung. Euforia dan kebebasan jurnalistik yang sudah ada sekarang perlu
dikawal secara lebih bertanggung jawab.
3. Jurnalistik hadir tidak untuk
menyesatkan, melainkan untuk memberdayakan masyarakat dan karenanya setiap kita
perlu menjadi subjek yang terlibat aktif dalam mengamati perkembangan industri
jurnalistik, termasuk menjadi pengguna produk jurnalistik yang cerdas dalam
mencerna informasi.
Peran
penting jurnalistik tidak terbantahkan. Jika kita tengok ke belakang, banyak
peristiwa revolusi dan reformasi suatu bangsa di belahan dunia yang diawali
dari pena wartawan, dari karya jurnalistik. Kemajuan peradaban manusia dan
bangsa seringkali bertumpu pada peran dan fungsi jurnalistik yang berlangsung
di mata masyarakat. Jurnalistik merupakan karya besar yang dapat mengubah nasib
suatu bangsa. Bahkan jurnalistik dapat mengubah orang biasa menjadi orang
tenar, dan sebaliknya orang tenar bisa menjadi orang biasa akibat karya
jurnalistik.
Napoleon
Bonaparte, seorang Revolusioner Perancis bilang Saya lebih cemas dimusuhi empat
buah koran (wartawan) daripada seribu bayonet. Atau Thomas Jefferson, Pencipta
Declaration of Independent Amerika Serikat menyatakan Saya lebih suka di satu
daerah yang mempunyai surat kabar dan tanpa pemerintah, daripada berada di
daerah yang punya pemerintah tetapi tanpa surat kabar. Sungguh, betapa
pentingnya jurnalistik? Di masa datang, banyak potensi dan peluang yang terbuka
dalam industri jurnalistik, di samping tantangan dan ancaman yang besar pula.
Untuk itu, aktivitas jurnalistik harus didukung oleh pengetahuan teoretik yang
tepat, di samping kemampuan praktikal di lapangan yang mumpuni. Teori dan
praktik jurnalistik memerlukan kesetaraan sehingga pembelajaran jurnalistik
tidak jauh panggang dari api. Itulah yang dinamakan jurnalistik terapan. Karena
itu, orientasi pembelajaran jurnalistik harus lebih diarahkan pada upaya untuk
menyelaraskan konsep teoretik dengan praktik yang ada di lapangan. Teori
jurnalistik harus sesaui dengan fakta dan perilaku jurnalis di lapangan.
Sebaliknya, praktik jurnalistik yang terjadi di lapangan harus relevan dengan
teori yang ada agar tidak melanggar kode etik jurnalistik.
Pekerjaan
jurnalistik yang penuh tantangan dan bahkan mengandung risiko tidak dapat
dilakukan tanpa dasar keilmuan. Sekalipun praktik di lapangan dapat menjadikan
kita lebih antisipatif dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistik, namun dukungan
aspek teori tetap diperlukan. Dikotomi antara teori dan praktik jurnalistik
tidak menjadi penting untuk diperdebatkan. Namun yang lebih penting adalah
mencari titik temu antara teori-teori yang terus berkembang dengan praktik
jurnalistik yang semakin kompleks di era milenium global sekarang ini.
Kecepatan dinamika masyarakat yang menuntut kecepatan praktik jurnalistik harus
tetap dapat diselaraskan dengan aspek teori-teori yang membekali praktik
jurnalistik. Harmoni antara teori dan praktik jurnalistik inilah yang disebut
sebagai Jurnalistik Terapan. Bukan jurnalisme, bukan juga jurnalistik biasa..
tapi Jurnalistik Terapan, pertemuan teori dan praktik jurnalistik yang sinergis
sehingga mampu menjadikan dunia jurnalistik makin berkualitas. Saatnya belajar
dan berproses melalui Jurnalistik Terapan untuk meraih keterampilan dan profesi
yang kita inginkan.
B.
Pengertian berita dalam konstruksi
realitas sosial dan ruang lingkupnya
Ahli sosiologi Gaye touchman, dalam bukunya making
news ( 1978 ), menyatakan bahwa berita merupakan konstruksi realitas
social. Buku tersebut didasarkan pada serangkaian observasi partisipatoris
diruang berita dan wawancra pegawai pemberitaan selama sepuluh tahun. Tindakan
membuat berita kata touchman adalah tindakan tindakan mengkonstruksi berita itu
sendiri. Ia menekankan bahwa berita adalah sekutu bagi lembaga-lembaga yang
berlegitimasi dan bahwa berita juga melegitimasi status quo. Touchman
mengaitkan profesionalisme berita dan organisasi berita dengan kemunculan
kapitalisme korporat. Menurutnya, berita adalah sumber daya social yang
konstruksinya membatasi pemahaman analisis tentang kehidupan kontemporer. ( Werner J. Severin-James W. Tankard. Jr,
Teori Komunikasi-sejarah, metode, dan terapan di dalam media massa, Kencana,
Jakarta, 2009, hlm 400-401 ).
·
Objek
Berita
Karena berita adalah laporan fakta
yang ditulis oleh seorang jurnalis, maka objek beritanya adalah fakta. Dan
fakta dalam jurnalsitik dikenal dalam beberapa kriteria, yaitu:
1. Peristiwa, adalah suatu kejadian
yang baru terjadi, artinya kejadian itu hanya sekali terjadi.
2. Kasus, adalah merupakan kejadian
yang tidak selesai setelah peristiwa terjadi. Maksudnya kejadian tersebut
meninggalkan kejadian selanjutnya, peristiwa melahirkan peristiwa berikatnya.
Maka kejadian demi kejadian tersebut disebut dengan kasus.
3. Fenomena, adalah merupakan suatu
kasus yang ternyata tidak terjadi hanya pada batas teritorial tertentu, artinya
kasus tersebut sudah mewabah, terjadi dimana-mana.
·
Nilai-nilai
Berita (News Value)
Secara umum nilai berita ditentukan
oleh 10 komponen. Semakin banyak komponen tersebut dalam berita maka semakin
besar nilai khalayak pembaca terhadap berita tersebut, secara lebih rinci dapat
diringkaskan sebagai berikut:
1. Kedekatan (Proximity),
peristiwa yang memiliki kedekatan
dengan khalayak, baik secara geografis maupun psikis.
2. Bencana (Emergency), tiap manusia membutuhkan rasa aman.
Dan setiap rasa aman akan menggugah perhatian setiap orang.
3. Konflik (Conflict), ancaman terhadap rasa aman yang
ditimbulkan manusia. Konflik antar individu, kelompok maupun Negara tetap akan
mengugah perhatian setiap orang.
4. Kemashuran
(Prominence), biasanya
rasa ingin tahu terhadap seseorang yang menjadi Public figure cukup
besar.
5. Dampak (Impact), peristiwa yang memiliki dampak langsung dalam kehidupan
khalayak/masyarakat.
6. Unik, manusia cenderung ingin tahu
tentang segala hal yang unik, aneh dan lucu. Hal-hal yang belum pernah atau tak
bias ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan menarik perhatian.
7. Baru (Actual),
suatu peristiwa yang baru terjadi
akan memancing minat orang untuk mengetaui.
8. Kontroversial, suatu peristiwa yang bersifat
controversial akan menarik untuk diketahui karena mengandung kejanggalan.
9. Human Interest,
derita cenderung dijahui manusia, dan derita sesame cenderung menarik minat
untuk mengetahui. Karena manusia menyukai suguhan informasi yang mengesek sisi
kemanusiaan.
10. Ketegangan
(Suspense), sesuatu
yang membuat manusia ingin mengetahui apa yang terjadi cenderung menarik minat,
karena orang ingin tahu akhir dari peristiwa.
Namun
sering kali ditemui dalam beberapa media yang melaporkan peristiwa yang sama.
Ini karena perbedaan sudut pandang (angel) yang diambil wartawan dalam
menulis berita.
· Unsur Berita
Diketahui bahwa berita merupakan
hasil rekonstruksi dari fakta (peristiwa) oleh wartawan, maka doperlukan
perangkat untuk merekonstruksi peristiwa tersebut. Berangkat dari pemikiran
bahwa pada umumnya manusia membutuhkan jawaban atas rasa ingin tahunya dalam
enam hal. Maka dari itu materi berita digali melalui enam pokok unsure
tersebut; meliputi apa (what), siapa (who), dimana (where), kapan
(when), mengapa (why), bagaimana (how). Kemudian dikenal
sebagai 5W+1H.
· Sifat Berita
1. Mengarahkan (Directive),
karena berita ini dapat mempengaruhi khalayak, baik disengaja atau tidak. Maka
berita ini sifatnya mengarahkan
2. Menbangkitkan Perasaan (effectife),
melalui berita ini dapat membangkitkan perasaan public
3. Memberi Informasi (Informatife), berita
in harus memberi informasi tentang keadaan yang terjadi sehingga memberi
gambaran jelas dan menjadi pengetahuan public.
· Kaidah-kaidah Penulisan Berita
Dalam penulisan berita, dalam hal
ini menkonstruk peristiwa (fakta) tidaklah semena-mena. Penulisan berita
didasarkan pada kaidah-kaidah jurnalistik. Kaidah-kaidah tersebut biasa dikenal
dengan konsep ABC (Accuracy, Balance, Clarity).
1.
Accuracy (akurasi)
Disebut sebagai pondasi segala macam
penulisan bentuk jurnalistik. Apabila penulis ceroboh dalam hal ini, artinya
sama dengan melakukan pembodohan dan membohongi khalayak pembaca. Untuk menjaga
akurasi dalam penulisan berita, bila perlu perhatikan beberapa hal berikut:
- Dapatkan berita yang benar
- Lakukan re-cek terhadap data yang diperoleh
- Jangan mudah berspekulasi denga isu atau desas-desus
- Pastikan semua informasi dan data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kewenangan dan keabsahannya.
2. Balance (Keseimbangan)
Ini juga menjadi kaidah dalam
penulisan berita. Sering terjadi sebuah karya jurnalistik terkesan berat sebelah
dengan menguntungkan satu pihak tertentu sekaligus merugikan pihak lain.
Keseimbangan dimungkinkan dengan mengakomodir kedua golongan (misalnya dalam
penulisan berita tentang konflik). Hal demikian dalam jurnalistik disebut
dengan “Both Side Covered”.
3. Clarity (Kejelasan)
Factor kejelasan bisa diukur apakah
khalayak mengerti isi dan maksud berita yang disampaikan, bukan jelas dalam
konteks teknis, namun lebih condong pada factor topic, alur pemikiran,
kejelasan kalimat, kemudian pemahaman bahasa dan pernyaratan penulisan lainnya.
· Struktur/Susunan Penulisan Berita
Dalam berita terdapat struktur atau
susunan berita juga memiliki bagian-bagian. Maka sebelum mengenal struktur
penulisan berita terlebih dulu kita mengenal bagian-bagian berita. Dimana
bagian-bagian tersebut dari Kepala Berita atau Judul (Head News). Topi Berita,
menunjukan lokasi peristiwa dan identitas media (misalnya, Surabay SP) biasanya
digunakan dalam penulisan Straight News, intro diletakkan setelah
judul berfungsi sebagai penjelas judul dan gambaran umum isi berita. Tubuh
berita (news body), bisa dikatakan sebagai isi berita.
Adapun strukrur penulisan berita
sebagai berikut:
1. Piramida Terbalik: artinya pokok
atau inti berita diletakkan di awal-awal paragraph (1-2 paragraf) dan bukan
berarti paragraph selanjtnya tidak penting. Cumin bukan merupakan inti berita.
Biasanya ini digunakan dalam penulisan staright news.
2. Balok tegak: artinya pokok atau inti
berita tidak hanya diletakkan di awal paragraph. Terdapat di awal, tengah dan
akhir paragraph. Biasanya ini digunakan dalam penulisan depth news (Indepth
reporting ataupun investigasi reporting).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai macam penjelasan dan
berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa : Jurnalistik
adalah kegiatan pengumpulan berita yang kemudian di proses sampai selesai
kemudian diberikan pada khalayak luas. Jurnalistik bukanlah pers, bukan pula
media massa. Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media
massa bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik. Sedangkan berita adalah konstruksi
realitas social . Sesuai dengan yang dikatakan oleh ahli sosiologi yang bernama
Gaye Touchman, ia mengatakan bahwa sumber daya social yang konstruksinya
membatasi pemahaman analitis tentang kehidupan kontemporer, ia mengatakan bahwa
melalui prakti-prakti rutinnya dan klaim para professional berita untuk
melakukan arbitrase pengetahuan dan menyajikan pemaparan factual, berita
melegitimasi status quo.
Objek berita adalah laporan fakta yang
ditulis oleh seorang jurnalis, maka objek beritanya adalah fakta. Nilai-nilai
dalam berita harus memiliki kedekatan, kemashuran, dampak, unik, human interest
dan ketegangan. Dan adapun sifat-sifat berita yakni mengarahkan, membangkitkan
perasaan ( effectife ) public, dan memberi informasi. Ruang lingkup dari berita
disini masuk didalamya yakni hakikat berita, sifat-sifat berita, nilai-nilai
yang ada dalam sebuah berita serta kaidah-kaidah berita.
DAFTAR PUSTAKA
·
Werner
J. Severin, James W. Tankard Jr. Teori komunikasi”
Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa”. Jakarta. Kencana. 2009
·
Budiman,
Kris. 2005. "Dasar-Dasar Jurnalistik:
Makalah yang disampaikan dalam Pelatihan Jurnalistik -- Info Jawa 12-15
Desember 2005. Dalam www.infojawa.org.
·
Putra,
R. Masri Sareb. 2006. "Teknik
Menulis Berita dan Feature". Jakarta: Indeks